Ilustrasi Financial planning |
Financial planning perlu langkah cerdas, apalagi kegiatan konsumsi saat ini semakin tinggi, bahkan nyaris mengalahkan produktifitas produsen dalam membuat suatu produk. Istilah "Out of Stock" bukan lagi istilah asing, sehingga banyak orang yang berburu barang bagus, takut kehabisan.
Seorang istri memiliki tanggung jawab dalam mengelola keuangan keluarga. Banyak perempuan yang masih antipati, malas belajar, dan beranggapan bahwa urusan uang menjadi urusan suami. Duh, rasanya sayang sekali. Padahal saya percaya perempuan memiliki banyak kemampuan, asalkan diasah pasti bisa!
Dulu saya pernah sangat tidak mengerti dengan ilmu dan cara mengelola uang. Rasanya dulu sih biasa saja, tidak ada yang salah. Prinsip yang saya pegang tentang ilmu mengatur uang adalah, “Gampang. Cari uang, belanjakan, habiskan, dan kalau ada sisa bisa ditabung”. Pasangan saya pun melakukan hal yang sama.
Saat memasuki jenjang pernikahan, tidak ada perbaikan, tidak ada pula yang bisa menjadi panutan soal keuangan ini. Kami menjalankan semuanya santai saja. Sampai akhirnya saya beruntung bisa bekerja di salah satu perusahaan perencana keuangan yaitu QM Financial. Barulah saya tersadar, ternyata financial behavior saya benar-benar berantakan selama ini.
Lingkungan ternyata sangat mempengaruhi kita dalam bertindak. Sejak saya bekerja di perusahaan perencana keuangan, teman sekantor dan atasan selalu memberikan aura positif untuk berubah menjadi lebih baik dalam hal keuangan. Dari awalnya buta finansial, perlahan tapi pasti kondisi keuangan berubah, dan pengetahuan tentang berbagai produk investasi pun terus bertambah. Memang benar, di mana ada niat pasti ada jalan.
Pernah suatu hari sekitar 3 tahun yang lalu, saya berjumpa dengan seorang perempuan muda yang baru saja menikah. Dia mengeluh, mengapa sang suami tidak memberikan seluruh gaji bulanan kepadanya. Padahal itulah salah satu hal yang dimimpikannya saat menikah. Kemudian saya tanya, sekarang kondisi keuangan diri sendiri bagaimana? Ternyata dia hobi belanja, hutangnya banyak, borosnya parah. Wah, jawabannya ada pada dirinya sendiri.
Kemudian saya sampaikan perumpamaan ini, “Misalkan Anda memiliki seorang supir, namun dia hobi menabrakkan mobil, apakah Anda masih mau memberikan kepercayaan kepadanya untuk membawa mobil?” Dia menjawab tidak. Nah, perumpamaan itu mirip dengan kondisi Anda saat ini. Suami tentu tidak mempercayakan gajinya 100% kepada sang istri, karena dia melihat istrinya tidak dapat mengatur uangnya sendiri. Perempuan muda ini kemudian senyum-senyum dan berkata, “Iya juga ya, Mbak. Ehm, jadi saya harus berubah?" Iya dong!
Mungkin sepenggal cerita di atas kelihatan sepele, namun kita seringkali tidak pernah bisa menilai kondisi keuangan diri sendiri dengan obyektif. Harus mendengarkan orang lain terlebih dahulu sebelum akhirnya tersadarkan. Mudah-mudahan tulisan singkat ini, bisa sedikit menggugah para pembaca perempuan untuk bisa menjadi lebih baik dalam hal keuangan.
Mulai dari diri sendiri dengan cara membaca lebih banyak, cari informasi mengenai produk keuangan dan investasi, berbagi dengan banyak orang. Itu yang saya lakukan selama bertahun-tahun ini. Dengan berbagi, seringkali saya mendapatkan ilmu baru, karena setiap orang yang ditemui memiliki pengalaman keuangan yang berbeda.
Semoga bermanfaat ;)